Friday, March 16, 2012

kosong

 " A perfect garden - no matter what its size - 
should enclose: nothing less than the entire universe "

Luis yang baik,

Aku tahu sekarang mengapa kamu sedikit kesal ketika mahasiswa-mahasiswa muda yang bersemangat itu mencecarmu. "Jangan tanya pada saya tentang bangunan ini atau bangunan itu, jangan coba melakukan apa yang saya lakukan; lihat saja apa yang saya lihat!" gerutumu.

Memang. Betapa sia-sia dan membuat frustasi segala upaya menjabarkan bangunanmu dalam geometri dan stereometri (denah dua dimensimu yang ruwet tak bisa merepresentasikan ruang-ruangmu), komposisi material dan warna, apalagi mengabstraksikannya dalam kata-kata. Alvaro Siza hanya bisa terbata-bata menuliskan ini untuk arsitekturmu:

"menolak deskripsi", "unik, namun tak menuntut", "menyentuh setiap kondisi jiwa", "akrab--tapi jauh", "penemuan kembali keluguan".
Pada akhirnya mereka tetap tinggal misteri-misteri yang hanya bisa diresapi samar-samar lewat potongan-potongan gambar, foto-foto yang tak pernah utuh menghadirkan suasana, dan frasa-frasa lirih. Yang mencari definisi, akan kecewa. Bukan itu. Buatku, memahamimu adalah mengalami ruang-ruang kosongmu.

Kosong. Kata itu begitu mengerikan sekarang di zaman di mana orang diukur dari apa yang dia punya. Rumah telah jadi etalase yang ramai, pameran dari penggunaan material mahal, akrobatik berbagai detail, dan furnitur yang diproduksi dalam jumlah terbatas hingga hanya beberapa orang saja di dunia ini yang bisa memilikinya.

Tapi kosong adalah jalan yang kamu pilih untuk menghadirkan arsitekturmu. Mungkin karena kamu tahu, kekosongan memberikan kebebasan untuk melihat apa adanya. Seperti dinding-dinding mortar itu, yang menyusun ruang demi ruang dengan lugas. Mereka hadir dengan jujur, tak berusaha menipu mata dengan dekorasi dan pulasan yang genit. Dengan begitu tubuh akan mengalami benar apa itu luas, tinggi, dalam, sebaliknya juga sempit, dan sesak. Kamu menceburkan aku dalam berbagai sensasi ruang yang telanjang.

Namun dengan skala yang intim, proporsi yang kadang ekstrim itu, kamu menggunakan ruang-ruang dan labirin-labirin untuk menghadirkan sesuatu yang lain--sesuatu yang biasanya tersingkir oleh pelbagai perabot yang lebih sering tak benar-benar kita perlukan: ingatan-ingatan terpendam, memori, kejutan-kejutan kecil, yang tak berasal dari sini. Sungguh, aku seperti menjalani Mazamitla, desa masa kecilmu di dataran tinggi Mexico: jalan-jalan batu yang terjal, rumah-rumah putih dengan lantai merah tanah, piazza-nya, atap-atap yang nyaris bersinggungan, matahari dan mata air yang melimpah...

Matahari. Air. Bayangan yang bergerak. Tetumbuhan yang merambati dinding pelan-pelan. Dalam kosong inilah ada kesederhanaan yang berani: arsitekturmu tahu kapan berhenti dan mengizinkan yang lain untuk terjadi. Di sini, ruang duduk yang merangkap studiomu, alam merasuk serentak lewat jendela kaca besar yang tak bertirai. Belukar itu sengaja tak kau pangkas. Daun-daun yang jatuh kau biarkan terserak di latar.

Ada burung yang berjemur di tepi dinding, menghindari bayangan yang kian panjang masuk ke dalam ruang--membentuk pola-pola daun, ranting, garis, bidang segitiga yang terdistorsi terus menerus.






Luis, dalam ruangmu yang kosong ini, waktu terasa. Kehidupan yang tak tergesa masih hidup. Dengan begitu kamu mengikat arsitektur dengan tempat. Menjangkarkannya seperti pohon, tumbuh dan berakar. Di sini, aku bisa melihat tak hanya desa masa kecilmu, tapi juga jiwa dari Nijar, Lucainena, Ubrique dan Competa dan Arcos, Quetzaltenango dan Potosi dan Coro. Arsitekturmu adalah sebuah nostalgia dari waktu yang dihabiskan di tempat-tempat yang menakjubkan itu--Mexico dalam sebuah representasi. Karena itu tak masuk akal menirumu--hanya akan melahirkan turunan kualitas dua yang menggelikan. Bukan itu.

Memang sulit memahami yang kosong. Tak semua orang mengerti bahwa dalam sebuah bejana, yang hampa itulah yang berarti--bukan tanah liat yang melingkupinya. Bahwa sebuah pintu ada berkat bolong pada dinding--bukan papan penutupnya. Karena itu mereka sibuk mengisi dan mendandani hingga lahirlah berbagai style--lewat satu sesudah yang lain, saling memburu seperti rentetan kereta api cepat.

Dengan begitu, makna selesai di permukaan. Ruang tak pernah hadir utuh--terpotong-potong dalam struktur, ornamen, pengolahan material yang berlebihan, dan segala perkakas yang cuma membuat sesak. Arsitektur lalu dibahas dan dibedah sebagai sebuah "ilmu", yang bisa dipelajari melalui potongan-potongan, denah, dan tampak-tampak.

Luis, kamu berhak kesal. Kamu, yang tak pernah didikte oleh style, lalu berkata dalam pidato penerimaan Pritzker Prize, bahwa kamu kecewa ketika banyak publikasi tentang arsitektur telah menghapus dari halaman-halaman mereka kata-kata keindahan, keajaiban, tersihir, terpesona, begitu juga konsep tentang keteduhan, kesunyian, keintiman dan ketakjuban--hal-hal yang tak pernah berhenti menjadi sinar penuntunmu.

Tapi, seperti juga pada Cistercian Monastery, Stonehenge, Gereja Adobe, Istana Katsura di Jepang, Viaduct di Roma--di sini, 14 General Francisco Ramirez, Colonia Tacubaya, Mexico City--rumahmu, studiomu--setiap yang peka akan menemukan itu: keindahan yang belum selesai, yang akan melahirkan pemahaman yang terus-menerus baru dan berbeda. Sebuah puisi.












-------------------------------

Luis Barragan adalah arsitek Mexico, satu dari arsitek-arsitek terpenting di abad ke-20. Lahir di Guadalaraja, Jalisco, Mexico pada tahun 1902, ia unik karena arsitekturnya begitu berakar namun memilki nilai universal yang mampu menyentuh begitu luas dan melampaui batas-batas negara. Ia menerima Pritzker Prize, penghargaan arsitektur internasional paling bergengsi, di tahun 1980. Ia menetap di Mexico City hingga menutup mata pada tanggal 22 November 1988.

No comments:

Post a Comment