Wednesday, February 29, 2012

doa buka hati

doa buka hati


Tuhan, berkatilah hati kami agar semua kemarahan berganti dengan cahaya dan cinta kasihMu.
Tuhan, berkatilah hati kami agar semua kesombongan berganti menjadi cahaya dan cinta kasihMu.

Tuhan, berkatilah hati kami agar semua iri dengki berganti dengan cahaya dan cinta kasihMu.

Tuhan, berkati hati kami agar kami menyadari bahwa kami harus saling mengampuni untuk dapat lebih dekat lagi kepadaMu.

Tuhan, berkati hati kami untuk dapat mengampuni semua orang yang bersalah kepada kami setulus-tulusnya. (bayangkan orang-orang yang pernah bersalah walaupun yang bersangkutan masih menyakiti terus menerus, maafkan mereka satu persatu dengan setulus-tulusnya).

Tuhan, berkati semua orang yang pernah bersalah kepada kami, berkatilah hati kami agar semua dendam, benci, kesedihan, sakit hati, ketidakpuasan, kejengkelan dan emosi negatif lainnya yang di sebabkan oleh orang lain berganti dengan cahaya dan cinta kasihMu. 
Tuhan, berkatilah hati kami agar kami sadar bahwa kasihMu selalu mengampuni.

Tuhan, berkatilah kami agar dapat menyadari kesalahan-kesalahan kami baik kepadaMu maupun kepada sesama kami, kami menyesali dan mohon ampun atas kesalahan-kesalahan kami dengan bersungguh-sungguh. (sadari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan satu persatu, sesali dan mohon ampun dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengulanginya lagi).
 
Tuhan, berkati hati kami agar semua ketakutan, kekawatiran, dan beban yang ada karena kesalahan kami tersebut berganti dengan cahaya dan cinta kasihMu.

Tuhan berkati hati kami agar semua kelicikan, keserakahan dan semua emosi negatif yang selama ini menjauhkan kami dariMu berganti dengan cahaya dan cinta kasihMu.

Tuhan, berkatilah kami agar cahaya dan cinta kasihMu yang telah berada di hati kami menjadi semakin terang dan kuat bersemayam, sehingga kami dapat merasakan kedamaian, ketenangan, kebahagiaan dan semua hal-hal yang positif di setiap saat.
 
Tuhan, berkati hati kami agar kami sadar bahwa engkaulah sumber dari kasih dan kebahagiaan sejati yang abadi, biarkan kami agar selalu dapat membuka hati kami kepadaMu setiap saat.
 
Tuhan, berkatilah, bimbinglah dan lindungilah kami agar semua pikiran, perkataan dan perbuatan kami sesuai dengan cahaya dan cinta kasihMu.
 
Tuhan, berkatilah kami agar kami dapat menjadi alatMu dalam membagikan cahaya dan cinta kasihMu kepada sesama kami tanpa pamrih.
 
Tuhan, terimalah kasih dan cinta kami. (niatkan untuk menyerahkan kasih dan cinta kepada Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan jiwa).

Tuhan, biarkan seluruh bumi, alam semesta, dan semua keberadaan di penuhi oleh cahaya dan cinta kasihMu dan sesuai dengan hukum kasihMu.
 
Tuhan, berkatilah semua makhluk agar dapat membuka hati mereka untuk menerima berkatMu dan menjadi lebih dekat kepadamu.

Tuhan, jauhkanlah semua kegelapan dan usaha-usaha mereka, agar keluar dari seluruh keberadaan.
 
Terima kasih Tuhan…….

Tuesday, February 28, 2012

...berjanjilah

berjanjilah



Berjanjilah...

Untuk menjadi begitu kuat, sehingga tak ada sesuatu pun yang dapat menggangu kedamaian hati dan pikiranmu.

Untuk berbicara kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran kepada setiap orang yang kamu temui.

Untuk membuat semua temanmu merasakan bahwa ada ‘sesuatu’ dalam diri mereka.

Untuk melihat segala sesuatunya dengan pikiran yang lebih terbuka dan membuat rasa optimisme-mu menjadi kenyataan.

Untuk berpikir hanya tentang hal-hal yang terbaik, bekerja hanya untuk yang terbaik, dan mengharapkan hanya untuk yang terbaik.

Untuk merasa begitu bergairah dan bersemangat untuk kesuksesan orang lain sama hal-nya seperti merasakan kesuksesan untuk dirimu sendiri.

Untuk melupakan kesalahan masa lalu dan menekankan untuk meraih prestasi yang lebih baik di masa yang akan datang.

Untuk selalu tetap merasa riang dan memberikan senyuman kepada setiap makhluk hidup yang kamu temui.

Untuk memberikan lebih banyak waktu pada dirimu untuk melakukan peningkatan dalam dirimu sehingga kamu tak memiliki waktu hanya untuk mengkritik orang lain.

Untuk merasakan dirimu terlalu besar untuk keraguan, terlalu mulia untuk merasakan kemarahan, terlalu kuat untuk merasakan ketakutan, dan terlalu bahagia untuk mengijinkan kehadiran masalah.

Untuk berpikir hal yang baik tentang dirimu dan memberitahukan fakta ini kepada dunia, bukan dengan kata-kata yang nyaring tapi dengan perbuatan yang besar dan berarti.

Untuk hidup dalam keyakinan bahwa seluruh dunia ada dalam pihakmu, asalkan kamu jujur pada hal-hal terbaik yang ada dalam dirimu.

jaket coklat

jaket coklat


Bulan tertawa bahagia
melihat kau berdiri gagah
dengan jaket coklatmu.

Ombak mulai gelisah
melihat kau pelan-pelan
membuka jaket coklatmu.

Malam melonjak girang
melihat kau setengah telanjang
tanpa jaket coklatmu.

Nun dari seberang
seorang bidadari datang
berselimutkan jaket coklatmu.

Di pantai terpencil ini, Jengki,
sepasang sepi mabuk berat
di tubuh coklatmu.

hari ini, kemarin dan esok

beautiful life


Hari ini adalah hari esok yang kucemaskan kemarin
Dan hari ini cerah sekali
Hingga aku bertanya-tanya mengapa aku mencemaskan hari ini kemarin
Maka hari ini aku tidak akan mencemaskan esok
Maka hari ini aku akan hidup seolah esok tak ada
Dan aku akan melupakan hari kemarin

Hari ini adalah hari esok yang kurencanakan kemarin
Dan hampir semua rencanaku untuk hari ini tidak
berjalan seperti yang kukira kemarin
Maka hari ini aku akan melupakan esok dan aku akan
merencanakan hari ini
Tetapi tidak terlalu habis-habisan
Hari ini aku akan berhenti untuk menghirup sekuntum mawar
Aku akan mengatakan kepada orang yang kucintai
betapa aku mencintainya
Aku akan berhenti merencanakan esok dan berencana
untuk menjadikan hari ini hari terbaik dalam hidupku

Hari ini adalah hari esok yang kutakutkan kemarin
Dan hari ini ternyata tidak ada yang harus kutakutkan
Maka hari ini akan kuenyahkan rasa takut akan hal-hal
yang tak kuketahui
Aku akan merangkul yang tidak kuketahui itu sebagai
pengalaman belajar yang penuh dengan kesempatan seru
Hari ini, tidak seperti kemarin, aku tidak akan menakutkan esok

Hari ini adalah hari esok yang kuimpikan kemarin
Dan sebagian mimpi yang kuimpikan kemarin jadi kenyataan hari ini
Maka hari ini aku akan terus memimpikan esok
Dan mungkin lebih banyak lagi mimpi yang kuimpikan
hari ini akan jadi kenyataan esok

Hari ini adalah hari esok yang tujuannya kutetapkan kemarin
Dan aku mencapai sebagian tujuan itu hari ini
Maka hari ini aku akan menetapkan tujuan yang
sedikit lebih tinggi untuk hari ini dan esok
Dan jika esok ternyata seperti hari ini
Aku pasti akan mencapai semua tujuanku suatu saat nanti !!

lolipop

lollipop

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama. Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan". Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya." "Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob. "Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. "Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia? Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para kawan saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah menikah... nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "

Pemikiran 'nanti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat 'sekarang'. Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa 'nanti' bahagia. Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa 'nanti' bahagia. Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa 'nanti' bahagia itu. Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon mawar di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri. Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

Friday, February 24, 2012

terima kasih tuhan


jejak langkah


Bertambah satu tahun lagi kisah perjalanan hidupku,
Menapakkan jejak-jejak kakiku menjalani hidup ini,
Melalui hari demi hari, langkah demi langkah...
Memang tidaklah selalu mudah untuk ku jalani
Namun aku tahu, ada Seorang Pribadi yang selalu setia menopang aku..
Tak pernah dibiarkanNya aku melangkah sendirian melalui semua..

TanganNya selalu ada untuk menuntun aku,
Bahkan ketika hidup memberi aku pilihan yang begitu sulit,
PelukanNya tersedia bagiku, memberiku rasa nyaman untuk terus berada di dekatNya
Tak pernah ku lihat Kau meninggalkan ku, Tuhan..
Bahkan dalam hal-hal yang sederhana, Engkau memperhatikannya..

Terima kasih Tuhan untuk kesetiaanMu di dalam hidupku..
Untuk pemeliharaanMu yang sungguh terlalu ajaib bagiku,
Untuk setiap pertolongan pada masa kesesakan,
Terima kasih Tuhan, Engkau selalu ada bagiku,
Dan kini aku tahu, semua yang Kau buat bagiku
Jauh melebihi apa yang dapat aku pikirkan dan rancangkan..
Melebihi dari apa yang pernah aku dengar atau lihat..
Terima kasih Tuhan....
Terimalah ungkapan syukurku melalui sebuah tulisan sederhana ini..

Berikanlah kekuatanMu senantiasa ya Tuhan,
Agar aku tetap berada di jalanMu..
Mengikuti rencanaMu bagi hidupku,
Mengerjakan visiMu yang besar di dalam hidupku..
Mengembangkan setiap talenta yang sudah Kau berikan dalam hidupku..
Menjadikanku semakin rendah hati, sama seperti Engkau ya Tuhan..

Ini kisah hidupku ya Tuhan...
Jadikan hidupku berkat bagi lebih banyak lagi orang.....

Thursday, February 23, 2012

dongeng dari depok

moksa



/1/
Lelah berjalan jauh
menyambangi kota-kota dan
benua bising ia putuskan akhirnya
tinggal menetap di pojok
sebuah metropolis yang masih
ada menyisakan sunyi untuk
seorang orang tua yang menganggur
seperti dirinya. Ia mengajak juga
bergabung ke rumahnya dekat senja itu
kerabat angin, kabut, pun gerimis
dan hujan. Mereka dikenalnya
dulu dalam kembaranya panjang
dan senyap ke alamat-alamat
rimba-raya aksara.

Inilah gaya hidup yang
sedari muda sudah diimpi-impikannya
sepenuh hasrat.

/2/
Tetangga-tetangga dekatnya
sering mendengar ia bercakap-cakap
dan bernyanyi-nyanyi dengan sepi
sampai jauh larut malam bahkan
kadang mendekat pada pagi.
Sahabat-sahabatnya angin dan rinai
gerimis membikin malam jadi semakin
ngelangut. Sesekali hujan turun
dengan dahsyatnya menimpali
perhelatan kudus itu dengan
bunyi-bunyian purba yang segera
saja mengingatkannya kembali pada
kidung putih yang kerap didengarnya
di masa-masa kanaknya dulu.

/3/
Pernah juga, tapi tak sering,
kedengaran ia bertengkar sengit
dengan sepi. Mungkin karena sesama
sepi ternyata juga banyak maunya
dan agak susah diaturnya,
atau semacam itulah.

Dan biasanya sehabis
pecah pertengkaran seperti itu
rumahnya yang memang
sudah sunyi jadi terlebih sepi
pula, jadi seperti tambah menjorok
menjauh ke lubuk kelam.
Tetangga-tetangganya yang
curiga pernah sangaja berindap-indap
mencoba mendekat kepingin
sekadar memastikan, mengetuk
dan menyeru-nyeru : “Tuan, tuan”,
panggil mereka separuh cemas, “Tuan
masih ada, bukan?” dan dari dalam
rumah itu lantas saja terdengar
sahutan (jengkel sepertinya sebab
terusik) : “Sebentar, saya sedang keluar!”

/4/
Semenjak insiden itu
tetangga-tetangganya tak pernah
berani dan mau mengusiknya pula.
Mereka paham dan kini percaya
bahwa ia memang sudah tak
ada lagi. Ia telah terbebas merdeka
dari samsara kata. Telah purna aksara.
Ah, ia telah mencapai puisi. Moksa.

pikiran dalam bus berjejal

bus kota
 
 
Hidup mungkin seperti bus kota ini
Orang-orang berdiri berimpitan
Begitu dekat tapi luput kaupahami
Siapa namanya, di mana turun nanti

Kalau beruntung kau dapat duduk
Dekat jendela, itu bisa berarti segalanya
Dalam ini bus berjejal, di mana tak sesiapa
Boleh sembarang diajak bicara

Duduk atau berdirilah diam
Di tempatmu kini, meski tak nyaman
Belajarlah bersabar, pertama kepada
Dirimu sendiri, kedua, penumpang

Mungkin usilan di sebelahmu itu
Belajarlah tabah, seperti bus kota ini
Sendiri, merayap pelan mejelajah sepi
Menembus belantara luka Jakarta

Mungkin, mungkin hidup
Seperti bus kota ini, kita di dalamnya
Terperangkap, sesama penumpang
Nasib yang tak kunjung lapang

Wednesday, February 22, 2012

februari ungu

februari yang ungu


Februari yang ungu berderai pelan sepanjang malam,
menyirami daun-daun kalender yang mulai kering.

Aku melangkah ke dinding, membetulkan penanggalan
yang tampak miring. “Jangan gemetar. Aku baik-baik saja.
Tua cuma perasaan,” kata kalenderku yang pendiam.

Kuhitung berapa tanggal telah tanggal, berapa pula
tinggal tangkai. Sambil menggigil kalenderku berpesan,
“Jangan mau dipermainkan angka. Tua cuma pikiran.”

Kalenderku suka tertawa membaca catatan yang kutulis
dengan tinta merah jingga: Ah, bulan terlambat datang.
Ah, bulan datang terlambat. Oh, datang bulan terlambat.


Februari yang ungu kuncup mekar sepanjang malam
pada tangkai-tangkai kalender yang mulai gersang.

The Elephant's Journey by José Saramago

the elephant's journey


Jose Saramago dikenal dengan resep “what if” yang fantastis di novel-novelnya. Meskipun tak seheboh bagaimana jika semenanjung Iberia terpenggal dan hanyut ke laut (The Stone Raft), atau bagaimana jika sosok nama pena Fernando Pessoa muncul di hari kematiannya (The Year of the Death of Ricardo Reis), atau bagaimana jika separuh penduduk kota terserang kebutaan (Blindness), kali ini sang penulis menawarkan kisah: apa yang terjadi jika seekor gajah dibawa dari Lisbon ke Vienna di tahun 1551 (The Elephant Journey). Gajah jelas bukan binatang yang umum di Eropa barat, bahkan sekarang ini pun barangkali mereka cuma melihatnya di sirkus atau kebun binatang.

Satu malam, Saramago pergi makan bersama rekannya di sebuah restoran bernama “Gajah”. Di dalamnya ada ukiran kayu berderet, yang ternyata berupa bangunan-bangunan dari berbagai negara Eropa, yang menyiratkan sejenis jalur perjalanan. Saramago kemudian diberitahu rekannya, itu perupakan ilustrasi perjalanan seekor gajah di abad enam belas dari Lisbon ke Vienna. Dengan seketika otak pendongengnya bekerja: pasti ada sesuatu yang bisa diceritakan dari perjalanan gajah tersebut.

Di sinilah dengan jeli bagaimana ia merajut kisah perjalanan seekor gajah melintasi benua Eropa menjadi “kisah yang lain”. Yakni tentang kisah seorang asing di negeri asing (pawang si gajah bernama Subhro, dibawa langsung dari India, negeri asal si gajah); Tentang hamba dan rajanya (Subhro dan raja Portugis, kemudian Subrho dengan bangsawan Austria, kepada siapa gajah itu diberikan); kisah mengenai ekspedisi militer (ya, rombongan gajah itu dikawal oleh satu pasukan tentara); dan tentu saja kisah hubungan manusia dan binatang (apalagi jika antara manusia-manusia di sekitarnya dengan si gajah).

Bahkan kisah ini pun menyeret wilayah politik agama, bahkan perbenturan agama Hindu dan Katolik, serta kemudian antara Katolik dan Protestan. Dikisahkan, di tengah perjalanan, Subhro bercerita tentang makna gajah bagi orang India kepada komandan pasukan. Subhro tentu saja bilang, bahwa gajah di India berarti Ganesha, salah satu dewa mereka. Rupanya hal ini dianggap bidah oleh penduduk yang mendengar bahwa seekor gajah dianggap sebagai dewa/tuhan. Urusan ini dengan segera sampai ke telinga pastor gereja lokal.

Situasi cerita ini di tengah zaman Inkuisisi. Artinya: bidah dan sejenisnya, ancamannya jelas tak cuma ditangkap, mungkin juga dibakar layaknya penyihir. Menganggap seekor gajah sebagai tuhan, tentu tak ada tempat di masyarakat Eropa masa itu. Demikianlah si gajah bahkan sudah terancam jauh sebelum sampai tempat tujuan. Tapi di tempat lain, si gajah justru kali ini berhasil dimanfaatkan gereja Katolik. Kemampuannya untuk mengikuti perintah sang pawang, dimanfaatkan untuk melewati dan menghormat di depan patung seorang santa. Kelakuan ini dengan cepat dianggap sebagai mukjizat. Dalam hal ini, gereja Katolik sedang membutuhkan lebih banyak mikjizat dalam rangka menghadapi gerakan Protestan yang semakin meluas di Eropa.

Sebagaimana biasa, di tangan Saramago, kisah mengenai perjalanan seekor gajah tak semata-mata menjadi “kisah mengenai perjalanan seekor gajah”. Selalu lebih dari itu.

Tapi yang menarik perhatian saya, dan dungunya saya baru menyadarinya sekarang setelah membaca beberapa novelnya, adalah gaya narasinya yang seringkali melantur. Maksud saya, jika ia sedang menceritakan sesuatu, kemudian sampai pada obyek A, ia akan melantur dulu menceritakan A, sebelum kembali ke arus utama cerita. Awalnya saya selalu menganggap ini sebagai sejenis gangguan ketika membaca novel-novelnya (di luar kalimat dan paragrafnya yang panjang-panjang). Tapi kemudian saya sadar: itu strateginya untuk memperlihatkan bahwa sang narator, tengah bicara langsung dengan pendengar/pembacanya. Dan lanturan itu diperlukan seringkali untuk memberi konteks yang lebih luas.

Lihat saja bagian pembukanya. Pada dasarnya ia ingin mengabarkan bahwa ide memberikan hadiah gajah itu datang dari permaisuri. Tapi Saramago berputar dulu mengisahkan (atau berceramah) mengenai pentingnya “ranjang kerajaan” dalam berbagai hal kebijakan (hahaha!). Dan mengenai narator yang ngobrol asyik dengan pembacanya, maksud saya adalah, narator ini sengaja memberi jarak yang ketara dengan ceritanya. Katakanlah cerita novel ini bersetting tahun 1551, tapi si narator sengaja tak mencoba berada di tempat yang sama dengan cerita, melainkan memilih berada di tempat yang sama dengan pembaca (yakni tahun 2000an) dengan mengatakan: “Sayang sekali fotografi belum ditemukan di abad enam belas …”

Seperti orang mendongeng, benar-benar mendongeng secara lisan, yang kebetulan saja dituliskan. Seperti itulah saya kira novel (dan novel-novelnya yang lain) Saramago ini.
 
 
-----------------------------------
Tak ada yang lebih menyedihkan ketika mendengar penulis besar meninggal. 18 juni 2010: Jose Saramago, 87 tahun, berpulang. Saya pikir tak ada cara yang lebih baik untuk menghormati kepergiaan seorang penulis, kecuali menuliskan sesuatu tentangnya.

Tuesday, February 21, 2012

kisah serbet dan kain gombal

si serbet
 

Suatu hari terjadi perbincangan yang seru antara serbet dan lap/gombal. “Hey gombal kasihan bener ya hidupmu, terus diinjak-injak oleh kaki manusia, badanmu digunakan untuk membersihkan kotoran yang ada dilantai. Digunakan sebagai pel, terkadang digunakan sebagai keset. Tuh, liat sampai badanmu bau dan penuh dengan kotoran. Orang saja sampai tutup hidung jika memegangmu. Terkadang jika majikanmu rajin, tak jarang kamu dicuci. Namun tetap saja walaupun kamu dicuci bersih kamu tetap saja kotor, “kata serbet kepada gombal. Si gombal hanya terdiam mendengar ocehan serbet.


Maklumlah serbet selalu di tempatkan pada hal-hal yang bersìh. Di tempatkan di sekitar meja makan. Di tempatkan untuk membersihkan sisa makanan di mulut. Digunakan untuk membersihkan dan mengeringkan air yang masih tersisa di gelas atau di piring. Kotor sedikit saja, pasti sudah dicuci. Itulah yang menyebabkan serbet menjadi tinggi hati. Dan dengan semena-mena mengina temannya si gombal.


Waktupun berlalu…lambat laun badan serbetpun mulai kusut. Kainnya sudah nampak lusuh dan sudah tak layak lagi berada di meja makan. Tak layak lagi berada di atas tempat piring dan gelas. Sang majikanpun akhirnya tak mengunakannya lagi. Ia teronggok tak terpakai, hingga akhirnya ia pun digunakan untuk membersihkan barang-barang yang sangat kotor sekali. Kini badan serbet mulai sangat kotor dan hampir sama dengan gombal. Gombalpun datang menghampiri serbet dan berkata, “hey serbet, kini kamu tahu, kenapa waktu kamu hina aku dulu, aku hanya diam saja. Dulu sewaktu kamu belum datang ke tempat ini, aku juga sama sepertimu. Namun tak selamanya apa yang kita punya dan miliki itu abadi. Segala sesuatu itu akan ada masanya. Apa yang kita punya, apa yang kita milik tak seharusnya menjadikan diri menjadi sombong dan angkuh. Walaupun wujud kita sekarang ini sudah tak menarik lagi, namun tetaplah bersyukur karena kita masih dapat membantu manusia.”

Monday, February 20, 2012

gema cinta

gema cinta


Wahai yang terkasih:

Aku mencintai kalian. Cinta adalah satu-satunya pesan keberadaanku. Cinta adalah warna sejati sekaligus darah yang menghidupiku. Bagiku cinta adalah agama sejati. Yang lain hanyalah sampah. Yang lain hanyalah mimpi-mimpi yang dihasilkan oleh pikiran manusia. Segala sesuatu selain cinta adalah ilusi.

Biarlah cinta bertumbuh di dalam dirimu, maka Tuhan pun akan tumbuh di dalam keberadaanmu. Jika kau gagal mengalami cinta dalam hidupmu itu artinya kau gagal mengalami Tuhan dan segalanya. Tanpa cinta, tidak akan pernah ada jalan menuju Tuhan. Jika kau mampu membangkitkan kenangan azalimu akan cinta, maka pengalaman Ketuhanan pun akan kau kecap. Sesungguhnya, Tuhan pun tidaklah ada, yang ada adalah kualitas Ketuhanan di dalam segala sesuatu. Di mana pun kau tidak akan temukan Tuhan sebagai persona. Tinggalkanlah cara berpikir lamamu yang kekanak-kanakan itu. Berhentilah mencari Bapa Yang ada di Surga. Ketuhanan lah yang sesungguhnya ada, bukan Tuhan sebagai sosok yang bersemayam di langit sana. Ketika aku katakan ketuhanan lah yang ada, aku hendak menyampaikan bahwa segala sesuatu adalah Tuhan dan dipenuhi oleh Tuhan; warna-warni kehidupan--semuanya ilahi. Burung-burung yang berkicau, anak-anak yang bermain ceria, anjing menggonggong--semuanya ilahi. Tidak ada yang lain selain yang ilahi..
 
Saat kau mengajukan pertanyaan 'Di manakah Tuhan?', kau telah mengajukan pertanyaan yang salah, karena kau tidak akan menemukan 'Tuhan' di mana pun juga? Ia tidaklah berada di satu tempat. Ia bukanlah sesuatu. Tuhan adalah universalitas. Sebaliknya, tanyakan di mana Tuhan tidak ada? Maka kau telah mengajukan pertanyaan yang benar. Tetapi untuk pertanyaan yang benar itu, kau harus menyiapkan tanah hatimu. Itulah yang aku maksudkan dengan cinta: menyiapkan tanah hatimu untuk memahami kebenaran sejati dari keberadaanmu. Ketika kau penuh cinta, maka dunia pun akan dipenuhi kehadiran Tuhan. Keduanya (penuh cinta dan kehadiran Tuhan) senantiasa berjalan seiring sejalan; keduanya adalah bagian dari sebuah simfoni agung.
 
Tuhan adalah gema yang berasal dari semesta. Ketika kau mencinta, maka gema itu pun terdengar. Ketika tidak ada cinta di hatimu, maka bagaimana gema tersebut bisa terdengar? Sesungguhnya dirimulah yang selalu terejawantahkan di dalam jutaan wujud; sesungguhnya kau menerima kembali suara jiwa yang kau gemakan kepada keberadaan. Ketika kau mencinta, maka Tuhan ada. Ketika kau tidak mencinta, maka apa yang mesti dikatakan tentang Tuhan? bahkan dirimu pun tidak ada!
 
Aku senantiasa merenungkan apa yang mesti aku berikan pada kalian hari ini? karena hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku berinkarnasi di dalam tubuh ini pada hari ini. Inilah hari untuk pertama kalinya aku melihat hijaunya tanaman dan birunya langit. Inilah hari untuk pertama kalinya aku membuka mataku dan melihat Tuhan ada di segenap penjuru. Tentu saja kata 'Tuhan' tidaklah muncul pada hari kelahiranku itu, tetapi yang aku lihat pada hari itu adalah Tuhan.
 
Aku senantiasa merenungkan apa yang mesti aku berikan pada kalian hari ini? Maka aku pun teringat sebuah ungkapan dari sang Buddha: SABBA DANAM DHAMMA DANANA JNATI- hadiah yang berasal dari kebenaran sejati jauh lebih bermakna dari semua hadiah yang ada. Dan kebenaran sejatiku adalah cinta. Kata 'kebenaran' itu sendiri bagiku terdengar kering. Aku tidak terlalu terkesan dengan kata 'kebenaran'. Kata tersebut terdengar sangat logis, terlalu rasional. Kata itu memberikan kesan filosifis, dan bukan kesan surgawi. Kata tersebut memberi kesan seoah-olah kau telah menyimpulkan sesuatu; bahwa kau telah sampai pada sebuah kesimpulan; bahwa sebelumnya ada sebuah silogisme, ada argumentasi, ada pembahasan di balik kata tersebut. Bukan, 'kebenaran' bukanlah istilah yang tepat bagiku. 'Cinta' lah kata yang aku pilih. Cinta berasal dari hati. Kebenaran bersifat parsial: Hanya otakmu saja yang terlibat. Di dalam cinta, seluruh lapisan keberadaanmu terlibat sebagai satu kesatuan--jiwamu, ragamu, pikiranmu--semuanya terlibat..
 
Cinta menjadikanmu sebagai satu kesatuan, dan bukan gabungan dari beberapa lapisan keberadaan--camkan baik-baik. Sebuah kesatuan!
Karena di dalam sebuah pengabungan, mereka-mereka yang ada di dalamnya tetaplah pribadi-pribadi yang terpisah. Di dalam kesatuan semuanya melebur menjadi satu, semuanya larut satu sama lain. Dan momen itulah yang aku sebut sebagai momen kebenaran: ketika cinta telah sepenuhnya menjadikanmu sebagai sebuah kesatuan. Pertama, cinta akan membuatmu mengalami kesatuan dengan sumber keberadaanmu yang terdalam. Maka kau bukan lagi raga, bukan lagi pikiran, bukan lagi jiwa. Kau adalah Yang Satu itu--tak bernama, tak bisa dijelaskan, tak dapat dipisahkan, tak dapat di perbandingkan. Hanya misteri, kebahagiaan hakiki, tempik sorak keheningan--sebuah perayaan agung di pusat keberadaan.
 
Pertama, cinta akan memberimu sebuah kesatuan di sumber keberadaanmu yang terdalam. Ketika kesatuan tersebut telah sepenuhnya menjadi warna pengalamanmu, maka yang berikutnya akan terjadi dengan sendirinya--kau tidak melakukan apa pun untuk itu. Maka berikutnya kau akan merasakan kesatuan dengan apa pun yang yang ada di sekelilingmu. Maka setetes air pun lenyap dalam samudera dan samudera pun lenyap dalam setetes air. Momen itu--momen orgasme antara dirimu dengan keberadaan--adalah saat di mana engkau menjadi buddha. Momen tersebut adalah momen dalam kebuddhaan yang dikaruniakan kepadamu. Atau lebih tepatnya--diungkap kepadamu. Selama ini kau adalah buddha--hanya kau tidak menyadarinya.
 
Cinta adalah bahasaku, maka ku sampaikan: Wahai yang terkasih, Aku mencintaimu. Dan aku ingin kalian memenuhi dunia ini dengan cinta. Biarlah cinta menjadi agama kita. Bukan Kristen, bukan Hindu, bukan Jain, bukan Buddha--tetapi cinta. Cinta tanpa embel-embel kata sifat apa pun yang menyertainya. Bukan Cinta Kristiani, karena bagaimana bisa cinta di Kristenkan? Pernyataan tersebut begitu bodoh. Bagaimana cinta di Hindukan? Konyol sekali. Cinta ya cinta. Di dalam cinta, kau bisa menjadi seorang Kristen. Di dalam cinta, kau bisa menganut agama Buddha. Tetapi tidak ada cinta Buddhis dan tidak ada cinta Kristiani. Di dalam cinta, dirimu pun lenyap; pikiranmu lenyap. Di dalam cinta, kau sampai ke sebuah harmoni yang maha sempurna. Itulah inti ajaranku. Aku mengajarkan cinta. Dan tidak ada yang lebih tinggi dari cinta.
 
Kemudian aku bepikir bahwa aku seharusnya memberi sesuatu yang indah kepada kalian pada hari ini, dan aku teringat Lagu Meditasi dari Hakuin. Sebuah lagu pendek, tetapi ini akan menjadi hadiah yang sangat berharga. Hakuin adalah salah satu master Zen terbesar. Lagunya memuat semuanya--semua yang ada dalam Bibel dan semua yang ada dalam Quran dan semua yang ada dalam Vedanta. Sebuah lagu singkat yang terdiri dari beberapa baris saja, tetapi ia seperti sebuah benih--sangat kecil memang. Tetapi jika kau mengijinkannya tumbuh di hatimu, maka ia akan tumbuh menjadi pohon yang sangat besar. Ia akan tumbuh menjadi sebuah pohon Bodhi. Ia akan memiliki dedauan yang lebat dan memberikan naungan yang rindang bagi ribuan orang yang berteduh di bawahnya. Ia akan bercabang banyak dan burung-burung pun akan membuat sarang-sarang mereka di sana. Kalian pun bisa menjadi pohon ini. Setiap orang mestinya menjadi pohon cinta yang rindang! Karena hanya ketika kau tumbuh besar menjadi pohon cinta, maka kau akan mencapai pemenuhan sejati dalam hidupmu. Tetapi jika tidak, maka kau akan terus merasakan ketidak-puasan. Kau akan terus menderita. Kebahagiaan hakiki hanya akan menjadi kata-kata yang tidak punya makna apa-apa bagimu. Tuhan hanya menjadi omong kosong saja. Tetapi ketika kau mencapai pemenuhan hidupmu untuk menjadi pohon cinta yang rindang, maka kau akan temukan keilahian, kau akan temukan Tuhan. Di dalam pemenuhan hidupmu itu kau akan temukan sumber suka cita yang tak terbatas dari keberadaan.

Sunday, February 19, 2012

melek informasi

melek informasi


Karena sudah membludaknya responden, sebuah stasiun TV menghubungkan setiap orang yang ikut dalam ajang mencari jodoh, untuk menjaring dan menyeleksi kontestan pendaftaran diadakan dengan layanan langsung melalui pencarian data komputer tanpa sepengetahuan para peminat. Kayak ajang ‘Take Me Out’ gitu, tapi layanan diadakan via telpon langsung.
Sebrina, si gadis idealis yang cantik mencoba ikutan daftar, “Hallo saya belum menikah, saya ingin mencari pasangan yang sesuai dengan tipe dan kreteria saya, apakah bisa dibantu?” demikian ia memulai pembicaraan.

“ Ya kami bisa bantu Anda, silahkan sebut secara lengkap kreteria pasangan anda, semua harus lengkap! Biar kami mudah mencari yang paling sesuai dengan Anda”, demikian suara layanan menjawab. “Baik kami bisa bantu, silahkan beri uraian!”.

Sebrinapun menjawab penuh semangat, “Pertama, dia harus tampan, bening, dan enak dipandang. Kedua ramping dan atletis, bersuara halus, berwawasan luas dan tidak membosankan. Ketiga, betah dirumah dan betah menemaniku sepanjang hari. Keempat, pandai bercerita dan menyanyi. Terakhir, tidak menggangguku bila aku tidak mau diganggu”.

“Sudah cukup itu, tidak ada yang kurang?” tanya biro layanan menyelidik. “ya, ya, kurang lebih begitu. Oh ya satu lagi kalau bisa berat tubuhnya tujuhlimaan kilogram, biar kita nampak serasi, kalo bisa kepala 2 atau 3 gitu ”, jawab sebrina mulai berani.

“Baiklah, permintaan Anda akan kami proses, demi kelancaran kerja, silahkan menunggu berberapa saat sambil menunggu sajian musik dari kami”. Srrrrrt, srrrrrt, srrrrrrrrrrt....... dan beberapa saat kemudian, layanan komputer mengumumkan hasil pencariannya: “Yang Anda butuhkan adalah sebuah televisi berwarna dengan ukuran 29 sampai 32 inci. Dan Anda bisa memilih pruduct yang kami rekomendasikan berikut ....”

“Waaaaachaaaa......, brengsek loe. Layanan brengsek,” Sebrina mengumpat marah. Sambil menutup telponnya dengan keras.

Hahaha...., demikianlah gambaran sederhana tentang acara Televisi, apa-apa ada disana. Tidak kita sadari sebagian besar konsumsi informasi yang masuk ke otak kita, kita dapatkan dari menonton acara TV, terlalu sulit rasanya untuk meninggalkan acara televisi barang sehari saja. Hal inilah yang kami alami beberapa waktu yang lalu, namun sekarang sudah beberapa bulan ini, kami sudah tidak nungguin TV berlama-lama, ya mungkin setengah jam sampai dua jam dalam seminggu kami membatasi nonton TV.

Kami menyadari bahwa informasi yang kami cari harus kami sesuaikan dengan sesuatu yang berguna bagi perkembangan diri kami, umur yang terbatas ini harus benar-benar dapat di manfaatkan betul-betul. Salah satu usaha yang kami lakukan adalah dengan membatasi informasi yang tidak berguna bagi peningkatan kesadaran. Dengan selektif memilih informasi, dengan banyak membaca buku dan menuangkan isi hati lewat tulisan, tulisan rupanya menambah kemampuan diri kami lebih ekpresif dan kreatif.

Dijaman internet seperti sekarang ini, segala informasi telah dibuka, bagai lautan yang tak terbatas. Informasi yang baik dan buruk, yang berguna bagi peningkatan kesadaran ataupun justru informasi yang merusak keduanya duduk berdampingan. Kita tinggal klik saja untuk memilih. Berbagai aksi pornografi, tindak kekerasan sadistis, maupun berbagai ajaran spiritual berbagai lintas kepercayaan, sains mutakhir dengan sangat mudah dapat kita akses.

Sekarang pilihan ada ditangan kita, mau hidup bahagia dan damai dengan memilih informasi yang membaikkan atau jatuh dalam depresi karena berbagai keinginan karena promosi media massa. Pilih yang mana?


*****************

Lindungi Diriku, O Tuhan
Dari pergaulan yang tidak menunjang kesadaran

Jangankan bergaul, bertemu dengan orang tidak sadar sudah cukup untuk menyeret kesadaran Anda ketitik terbawah, terendah. Jangan keluar dari ‘Kamar Kesadaran’ bila diluar sana masih gelap gulita. Jangan bersikap ‘sok mau bantu’ bila belum mampu. Apalagi bila bantuan itu kamu berikan dengan harapan akan memperoleh harapan.


******************

Demikian yang terjadi, apa yang kita makan, menentukan apa yang kita keluarkan. Semoga kita lebih selektif dalam memilih informasi, dan berani kritis dalam merespon segala informasi yang yang banyak di manipulasi.

Terimakasih, salam damai untuk kita semua.
Rahayu, rahayu, rahayu.

Saturday, February 18, 2012

kegelisahan dan perenungan diri

kegelisahan dan perenungan diri

Di tulis sekedar sebagai olah eksplorasi diri.
 
Tidak ada kepastian dalam hidup, yang ada hanyalah ketidakpastian yang sedang melukiskan dirinya. Obyek yang terlihat dan subyek yang melihat, keduanya sedang mengarah kearah keketidakpastian. Harapan dan kenyataan sering bertolak belakang, walau sesekali keduanya tampak beriringan. Mereka sedang bertikai memperebutkan identitas. Sebuah peperangan dan pergulatan bathin yang selalu terjadi sepanjang waktu yang tidak mungkin di menangkan. Maka menjadi seorang pelaku yang terlalu berharap banyak kepada hasil bukanlah sebuah ide yang tepat. Hal itu justru semakin menjauhkan diri dari alur realita yang sebenarnya. Dari kebenaran yang sesungguhnya yang tersirat.
 
Tetapi ketika kita mengalihkan pemahaman bahwa sesungguhnya diri sedang menjadi saksi sebuah moment penciptaan. Maka semua ketidakpastian yang hadir akan luluh dalam cahaya pengetahuan sejati. Sebuah pemahaman yang menyibakkan berbagai sekat kepalsuan yang menutupi kebenaran diri.
Hadir dan menjadi saksi, dalam setiap tindakan adalah langkah terindah. Mempersembahkan segenap kesadaran pada setiap perubahan, dan menjadikannya sebagai sebuah kekayaan bathin untuk selalu sadar akan wujud jatidiri adalah langkah awal dalam persembahan. Menjadikan hidup sebagai sebuah persembahan kepada nilai-nilai diri yang agung. Sebuah wujud karunia illahiyah yang bersemayam dalam relung terdalam pada setiap anak-anak kehidupan.
 
Tidak ada kekotoran, yang ada hanya sebuah penjernihan. Sebuah proses yang mesti terjadi pada setiap pelaku kehidupan. Kita adalah anak-anak kesadaran yang sedang berproses menyadari dirinya. Proses yang tidak bisa diwakilkan, proses yang mesti dialami sendiri, ditempuh sendiri. Siapapun tidak bisa membantu kita. Hanya tekad yang kuat, tekad yang bulat yang lahir dari diri sendiri yang mampu menggerakkan setiap langkah.
 
Ada kalanya kita sering tertatih-tatih dan babak belur sebelum proses penyadaran itu terjadi, terjungal dan terjerembab pada konflik-konflik yang sama sepanjang masa kehidupan.
Keresahan kegelisahan hadir sebagai tanda, sebagai sebuah tanda bahwa jiwa sedang hadir dan bersemayam dalam tubuh, tubuh fisik yang sedang mengalami proses menuju kematian, menuju ketiadaan.
Rasa gelisah mewakili berbagai bentuk ketidaksadaran yang lahir dari jiwa yang berada di luar lingkaran kebenaran dirinya. Ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang hadir adalah sebagai tanda bahwa jiwa berada didalam lingkaran kebenaran akan jati dirinya. Sebuah rasa yang mewakili bentuk kesadaran jiwa akan adanya potensi illahiyah, sebuah keadaan bahwa jiwa adalah kekal dan abadi adanya. Lalu apa kaitannya antara kegelisahan, maupun rasa bahagia dengan keadaan jiwa?
Ketika seseorang sedang gelisah dan dipenuhi rasa takut, sesungguhnya ia sedang berada di luar inti dirinya. Ia sedang mengalami proses penjernihan, ia sedang mengalami proses pembersihan, proses penyeimbangan bathin.
 
Dan ketika seseorang berada dalam lingkaran kebenaran akan jatidirinya. Ia akan melihat kedamaian dan rasa bahagia sebagai identitas asli jiwanya. Ia akan menikmati kasunyatan. Menikmati sebuah kelegaan yang menghadirkan rasa bahagia, karena ia telah melihat kebenaran. Bahwa jiwa sesungguhnya abadi dan tak pernah terkotori.
 
Kegelisahan lahir dari ketidaktahuan, kebahagiaan lahir dari pengetahuan, pengetahuan sejati tentang hakekat diri. Kebahagiaan itulah sesungguhnya kebenaran yang menjadi hak milik hakiki bagi setiap anak-anak kehidupan. Demikian semoga setiap makluk berbahagia, dengan menyadari dirinya. Demikian sebatas pemahaman saya saat ini.

Friday, February 17, 2012

merayakan hidup

merayakan hidup

Aku mulai meyakini bahwa menjadikan diri layak untuk cinta adalah realitas puncak dari keberadaan diri hadir ke panggung dunia ini. Ketika suatu saat aku berdiri di tengah-tengah kehidupan dan memandang setiap kejadian di sekeliling, aku mulai menangkap sinyal-sinyal.

Menangkap setiap detik dari moment dan mencoba memahami setiap alurnya, Aku mulai mendapati diriku dalam keyakinan dan rasa yang teguh. Dan rasa menandai setiap pengalaman yang singgah dalam kehidupanku sebagai cermin-cermin.


Dalam kedalaman nurani aku mulai merasakan dan mendapati setiap detak dari jantung kehidupan mulai mengarah kepadaku, setiap peristiwa mulai beraksi dan berbicara dengan kedalaman jiwaku. Sungguh aku merasa tiada suatu kebetulan di dunia ini. Setiap hal yang datang menyapa dan singgah dalam arus waktuku sama persis seperti yang kuangankan. Setiap hasrat murni yang dipelihara didalam benak akan menjelma nyata tepat pada waktunya,

Seperti orang bercocok tanam, ada masa mengolah lahan, menyemai bibit, memupuk, memelihara, dan memastikan bahwa setiap benih bisa bertumbuh secara alami dan baik. Ketika setiap tahapnya telah selaras maka dengan mudah dapat dipastikan kapan masa tanam dan kapan masa panen.

Pun demikian pula dengan setiap tindakan kita, meski pada prakteknya sering tersamar oleh permainan sang waktu, setiap benih hasrat akan bertumbuh untuk menuntun setiap hasrat yang lain yang terlahir, memastikan kita tetap berjalan, menelusuri arus hidup dan menggapai kesejatian.

Segalanya hilir-mudik bergantian menampakkan diri, merayu untuk di mengerti. Disini dititik ini, di titik dimana aku berdiri dan memandang keluasan semesta yang tak berujung. Aku mulai melihat segalanya begitu sempurna dalam keagungannya. Segalanya begitu sempurna pada tempatnya. Ya pemahaman itu ku peroleh ketika aku membalikkan alur pandanganku dan pemahamanku.

Lingkar luar sungguh terlalu luas, kedalaman diri menanti untuk diselami. Maka aku mulai mencoba memusatkan setiap jengkal langkah untuk kembali meniti langkah kedalam. Dan memusatkan setiap persoalan dan hiruk-pikuk hidup kedalam diri.

Sekian lama mengamati dan memahami benang kusut permasalahan, kini mulai kudapati setiap helai benang yang mengikat satu persatu terlepas. Ya, terlepas dengan sendirinya tanpa paksaan. Karena tiada alasan baginya untuk berlama-lama menjerat, karena aku tak lagi berupa benda padat ego, tetapi benda cair jiwa yang rendah hati.

Ini bukan tentang kesombongan diri, tetapi mengenai pemahaman diri, menjadi diri sendiri, menjadi diri apa adanya. Memandang diri sebagai diri yang tidak tinggi maupun rendah. Tetapi menempatkan diri sebagaimana adanya.

Langkah pertama sekaligus langkah terakhir adalah meniti kedalam diri. Ketika kekuatan itu menjelma dan meneguhkan diri dalam keheningan yang mendalam. Segalanya mulai terlihat terang dan mudah. Suatu yang indah sesuatu yang memberikan kedamaian dan kelegaan satu persatu mulai muncul dari kedalaman diri, mengurai setiap peristiwa menjadi pengalaman, mengupas setiap pengalaman menjadi sebuah pemahaman.

Ketika semua pemahaman dan pengetahuan mengalir tanpa henti memenuhi rongga-rongga jiwaku, aku mulai merasakan sesuatu yang bermakna mulai hidup dan menghidupi. Setiap aktivitas mulai terarah ketika disadari bahwa hal-hal luaran yang terjadi, terjadi karena lemahnya kendali terhadap aktivitas panca indra serta liarnya pikiran yang mengendalikannya. Dua hal yang saling mengikat satu sama lainnya. dimana salah satu terkendali maka yang lainnya akan terkendali juga.

Menyadari masa sewa tubuh yang terbatas, aku mulai mencoba berlatih fokus pada hal-hal utama, dan mulai menomorduakan hal-hal yang kuanggap remeh. Walaupun pandangan itu berbeda bagi setiap orang.

Namun kini ini aku mulai merasakan sepertinya ‘Segala sesuatu itu indah dan telah sempurna pada tempatnya’. Berjalan menyusuri alur kehidupan adalah kehendak jiwa abadi yang sedang berhasrat untuk menuangkan keindahan dalam langkah-langkah. Sang abadi sedang melukiskan diri-Nya, dalam kereta-kereta raga manusia, bukan untuk apa-apa, tapi ia sedang mencipta permainan untuk sekedar menghibur diri-Nya.

Semua ini hanya sekedar permainan-Nya, seluruh alam raya dan segala tatananya sesungguhnya berpusat pada-Nya, dititik terdalam yang ada hanya dia, di lingkar luar yang ada juga hanya dia, dimana-mana yang ada hanya dia, sang kreator Agung.

Kini, saat ini Ia sedang menari, sedang menyanyi, tariannya mengerakkan bintang-bintang, tariannya menggoyang rumput-rumput ilalang. Tariannya menggerakan gugus bintang, tarian yang begitu lembut, tariannya menjangkau segala hal, menggerakkan setiap gerakan.

Nyanyiannya begitu merdu, nyanyian yang menggerakan setiap jiwa untuk bangkit, terian yang mengerakkan setiap jiwa untuk saling bereaksi, menumbuhkan benih-benih cinta dan pengharapan. Nyanyian yang setiap saat memaksa halilintar untuk menggelegar, nyanyian yang menyebabkan pipit bersiul di setiap pagi.

Kini sang abadi sedang bernyanyi, menari di dalam setiap raga yang berjiwa di dalam setiap hal yang bernyawa. Ia sedang bereksperimen dengan diri-Nya dalam tubuh setiap jiwa.

Dalam desain kehidupan, sang kreator agung menyusup dan bersembunyi dalam setiap jiwa, ia menggerakkan setiap getaran cintanya dalam waktu, sungguh setiap raga yang diliputi jiwa yang terlahir dalam kehidupan telah sempurna adanya.

Tiada yang lebih baik, tiada yang lebih buruk, semua sempurna adanya. Semuanya sedang beraksi, semuanya sedang menyanyi dan menari, bila nampak berbeda itu hanya karena tendensi sesaat sang jiwa dalam penggalan waktu, waktu terus bergulir dan setiap raga yang berjiwa mencoba untuk seimbang dalam getaran-Nya. Nyanyian-Nya tarian-Nya bergetar mengalun bersama abadinya sang waktu. Luas tak terbatas.

Ketika sang jiwa yang merupakan bayangan dari sang abadi terjebak dalam pikiran, segalanya menjadi terasa kacau, dinding-dinding pembatas mulai lahir menutupi. Pikiran mulai membatasi segala sesuatu di dalam dirinya, ia menjadi begitu perkasa hingga keberadaan sang abadi nyaris sirna. Hingga terjadilah pergumulan nan abadi antara keduanya dalam setiap jiwa, bila pikiran ada sang abadi menjadi tiada, bila pikiran tiada sang abadi akan menampakkan dirinya, sungguh permainan abadi dalam setiap jiwa.

Dalam ruangannya yang sempit, pikiran mulai beranak-pinak, ia meloncat kesana kemari, hinggap di sana hinggap di sini, setiap hal yang tersentuh olehnya akan terinveksi, pikiran membelah diri menguasainya.

Arus kehidupan terus mengalir tanpa henti, tanpa mengenal batas waktu dan sifat pertentangan, menjelma sebagai sebuah kesadaran baru yang menandai setiap pikiran sebagai tamu-tamu yang sebentar lagi akan pergi.

Terimakasih Yang Mahabijaksana

nyanyian dan tarian kehidupan

tarian kehidupan


Tangan-tangan mungil berjuntai menyambut kehidupan, daya pesonanya terkagum menuai keindahan. Sungai kehidupan memberikan selaksa makna. Bunga-bunga kebijakan semerbak menentramkan jiwa. Kesucian nan hakiki sedang melukiskan diri dalam kanvas kehidupan. Mengalir dalam waktu yang tak bertepi.

Banyak hal yang telah terjadi, banyak peristiwa yang sedang terjadi dan banyak pula pengalaman yang menunggu untuk menjadi. Dalam arus waktu yang tak berbatas kesadaran melayang menembus kisi-kisi dan melahab setiap peristiwa yang menerpanya sebagai pengalaman, sebagai kekayaan, sebagai sebuah keindahan.

Bentangan masa lalu yang panjang dan penuh liku menorehkan asa, memahatkan dilema-dilema. Rangakaian canda dan tawa, riang dan gembira, duka dan luka, derita dan nestapa silih berganti melepas dahaga. Nyanyian kehidupan yang dinamis berayun-ayun meniti waktu, tarian-tarian keindahan yang menyentuh setiap lekuk tubuh kehidupan dalam cetak birunya.


Kehidupan yang begitu indah dan agung. Warna-warninya nampak berkilauan menghiasi permukaan bumi. Segalanya nampak sempurna dan indah pada tempatnya. Angin yang semilir menerpa wajah-wajah, burung-burung yang berkicau melagukan kemerduan, awan-awan yang berarak indah membagi hujan, rumput-rumput dan pepohonan yang menghijau menenangkan hati, air sungai yang gemericik bening nan sejuk menyegarkan, ikan-ikan yang bercanda dan berenang di kolam yang hening. Segala nampak begitu indah dan memukau.


Tidak ada sesuatu yang diam, segalanya bergetar, segalanya sedang menari, kehidupan sedang menari, dendang lagu kehidupan sedang berputar-putar menyisir setiap hal, memaksa setiap kejadian untuk mewujud. Ia sedang membelai setiap hal untuk bertumbuh, untuk bernyanyi dan menari, untuk berpesta merayakan kehadiran-Nya.


Dalam keindahannya yang nyata, Ia yang maha agung sedang berekspresi dengan diri-Nya, kehidupan adalah hiburan-Nya, permainan-Nya. Ia menjelma dalam berbagai warna dan rupa, dalam berbagai suara dan nada. Gemanya-Nya mengetarkan setiap hati, menambatkanya dalam rasa, dalam cinta, dalam nuansa sorgawi yang nyata.


Ia yang agung, yang menggerakkan setiap getaran dan nada, membelit setiap yang berjiwa dalam kasih nan abadi. Aku melihat setiap kasihnya dalam permainan kehidupan, dalam setiap detik waktu. Ternyata setiap langkah hanyalah hiburan semata. Keindahan yang kekal sepanjang masa.


Desir angin lembut membelai pori-pori, menghantar sebuah rasa untuk mendekati. Memaksa suksma untuk melihat kedalam diri. Melihat keberadaan diri diantara gaung agung sungai kehidupan. Tarian ini indah, lagu ini merdu getaran yang pelan yang bersumber dari kolam hening yang berpusar dalam diri. Semua ini, dunia ini, keindahan ini semuanya milikmu, tiada sesuatu pun yang dapat mengusik keberadaannya darimu. Lukislah keindahan ini dalam indahnya dirimu, nyanyikan kerinduan ini dalam rindunya hatimu akan kerinduan.


Keindahan ini tercipta untukmu dan hanya untukmu, nikmati dan rayakan setiap nadanya dalam keindahan hati sorgawi. Nyanyian ini, tarian ini begitu mempesona dan selalu ada bila engkau senantiasa menghendakinya. Larutlah, menyatulah karena segala sesuatu sedang berproses untuk menyatu, karena sesungguhnya segalanya adalah satu. Namun ia mengurai melagukan hasrat, ia ingin dan menginginkan berkreasi.


Tarian keindahan dan cinta membelai setiap laju kehidupan, menggetarkan setiap jiwa untuk bercinta menyampaikan makna, dalam tarian agungnya, badai illusi nampak bercahaya, badai hakekat nampak berkarat. Ia tengah asyik dalam permainannya. Tidak ada yang salah setiap tarian-Nya sedang berekspresi dan tumbuh.


Dalam keheningan yang mendalam irama keselarasan menjelma dalam damai, dalam tarian pikiran yang risau kegundahan menjelma dalam derita. Aroma keindahan, lagu kasunyatan hanya terlihat dalam hening. Ia selalu ada dan tak pernah berpaling. Ia hanya menungguimu untuk mengunjunginya, dan menjadikannya menjadi sahabat karib.


Keindahan ini sedang menunggu kehadiranmu, datanglah dengan telanjang, lepaskan semua beban dan pakaian. Karena untuk menari bersamanya keindahan tak memerlukan sesuatu yang lain di luar kepolosan hatimu, untuk mendengarkan merdu lagunya, kehampaan tak memerlukan sesuatu di luar kepasrahanmu. Bebaskan dirimu dari segala beban, bebaskan dirimu dari segala pemahaman, karena tarian ini, nyanyian ini hanya menunggu untuk di dendangkan, menunggu untuk di tarikan.


Bunga-bunga bermekaran berseri dalam memulai hari, juntaian ranting dan dedaunan yang melambai, mendung yang berarak melukis langit, burung- burung meliuk meniti angin, menandaimu sebagai putra keindahan yang menunggu untuk bersemi.




Terimakasih Yang Maha Agung, nyanyian-Mu menggugah hasratKu.
Terimakasih kehidupan, getar sapa-Mu memacu rinduku.

Wednesday, February 15, 2012

roda kehidupan

roda kehidupan


Satu persatu dedaun berguguran, satu persatu daun mengering dan melayang tertiup angin, dan jatuh melebur menyatu dengan tanah. Pohon beringin yang dahulu tumbuh besar dan rindang itu sekarang perlahan-lahan dedaunanya mulai layu, ranting-rantingnya mulai mengering dan lapuk. Kebesarannya sebagai pohon yang di agungkan di tempat itu sekarang perlahan mulai memudar dan sirna.

Demikian yang selalu terjadi dengan kehidupan, perwujudan fisik tak akan bertahan lama, ia akan segera menua dan lenyap di makan waktu. Keberadaannya dalam panggung kehidupan berakhir sesuai dengan masa sewa yang telah diberikan oleh keberadaan kepadanya.

Segala sesuatunya seperti menggelar dan menggulung begitu saja, segala sesuatu tampak lahir, membesar, menyusut dan menghilang begitu saja, segalanya selalu berulang, berulang dan berulang terus tanpa berkesudahan dan batas waktu yang pasti.

Bagaikan siang dan malam, perputaran kelahiran dan kematian terus menjangkau dan memaksa setiap keberadaan anak-anak kehidupan untuk menggelinding dalam permainan agungnya. Bagaikan berputarnya roda pedati, di satu saat ia berada di bawah dan bersentuhan dengan tanah, dengan jalan untuk memberi panjatan bagi beban yang di atasnya agar dapat berputar, berjalan. Di saat yang lain ia akan berada di atas untuk menghimpun tenaga dan melepaskan sisa energi selama ia berada di posisi bawah, demikian yang selalu terjadi, terus menerus dan akhirnya mampu mengantar penumpang pedati sampai di tempat tujuan. Baru setelah sampai di tujuanlah roda pedati itu akan berhenti untuk berputar, tugasnya untuk menghantar sang majikan di dalamnya telah usai, telah selesai.

Alur kehidupan menawarkan seribu janji, seribu pengharapan akan berbagai hasrat dan kebahagian. Ia akan memastikan setiap hasrat yang ada akan terpenuhi pada waktunya. Untuk mendatangkan setiap hasrat itu datang, kita cukup memeliharanya dalam benak secara tulus dan berkelanjutan. Semua hasrat adalah baik adanya. Pemenuhan satu hasrat akan menarik kita kepada hasrat yang lain untuk di penuhi, setiap yang ada adalah bagian utama yang harus ada agar sang jiwa mampu bercermin dengan sempurna dalam keagungannya. Maka memelihara hasrat secara tulus dan tanpa rasa keterikatan adalah dharma nyata sang jiwa yang terbalut daging kehidupan. Karena setiap pemenuhan hasrat adalah anak tangga menuju kedekatan dalam meraih pemaknaan terhadap hakekat jiwanya sang sejati.

Untuk dapat mengetahui dengan pasti apa sebenarnya tujuan hidup yang hakiki, mestinya ada perenungan sejenak, mengapa roda kelahiran dan kematian terus berputar dan kita selalu terhanyut di dalamnya. Ya karena keduanya masih bersifat dualitas, energi mereka terus saling mempengaruhi, sehingga memacu setiap hal untuk bergetar dan bereaksi. Setiap unsur pertentangan dualitas adalah sumber energi alam raya.

Lalu adakah sesuatu yang melampaui dualitas di alam ini, sesuatu yang melampaui rasa pertentangan, terbebas dari rasa suka dan duka, sedih dan gembira. Kalau tidak ada maka sia-sialah pencarian selam ini?

Ya ada, Guru memberi petunjuk, memberikan jalan agar kita bersantai sejenak dan merenungkan kembali segala langkah yang telah dan akan dilakukan. Sejenak yang bisa berhari, sehari, seminggu, sebulan, selama hidup. Sejenak dimana kita mampu menempatkan segala pikiran dan kesadaran terfokus pada satu hal, yaitu ‘saat ini dan di sini’. Di sini di saat ini yang menuntut sang jiwa yang selama ini berkarat dan tertutup debu ketidaksadaran selama ini, dengan mengusahakan datangnya ‘kelahiran kembali’, ‘kelahiran baru’ sang jiwa. Kelahiran yang terjadi selama nafas masih berhembus, dan matinya ‘sang aku’ atau ego dalam saat yang bersamaan.

Maka di saat itu lahirlah manusia baru dengan kesadaran baru, manusia dengan wawasan dan pemahaman baru, manusai yang terbebas dari pengkondisian program masa lalu yang telah usang. Dari sinilah kemudian terjadilah loncatan kuantum dalam pemahaman, yang dulunya mengangap keberadaan diri sebagai diri kecil yang merindukan dunia berubah, menjadi dunia yang sedang bermain dalam diri kecil.

Dan dari titik inilah kemudian, sang diri mulai berproses, dan kemudian, berputaran dualitas yang selama ini membelit dan mencengkeram sang jiwa selama ini akan semakin lama semakin berjalan melambat dan akhirnya terhenti.

Dan kemudian sebuah kehidupan di mulai lagi .........

Satu persatu dedaun berguguran, satu persatu daun mengering dan melayang tertiup angin, dan jatuh melebur menyatu dengan tanah. Pohon beringin yang dahulu tumbuh besar dan rindang itu sekarang perlahan-lahan dedaunanya mulai layu, ranting-rantingnya mulai mengering dan lapuk. Kebesarannya sebagai pohon yang di agungkan di tempat itu sekarang perlahan mulai memudar dan sirna.

Namun demikian kebesaran sang pohon yang selama ini mampu memberikan, perlindungan, dan kehidupan bagi semua kehidupan yang ada di setiap ranting dan daunnya akan memiliki kenangan, kenangan yang indah akan sebuah perjalanan, bahwa dahulu disini, di tempat ini, telah tumbuh dan berdiri kokoh sebuah pohon beringin yang mampu mengundang ribuan burung untuk menyambangi, berteduh, bahkan mereguk madu kasih di setiap dahannya.

Demikian sebatas pemahaman yang mampu dikisahkan.



Terimakasih Guru, Terimakasih Kehidupan.

Tuesday, February 14, 2012

kelak

bersamamu, selalu, selamanya
 
 
"kelak kita akan bersama-sama pada akhirnya, jika perasaanmu padaku tidak berubah, jika Tuhan memang menciptakanmu dari rusukku dan jika Tuhan tidak memanggil salah satu dari kita cepat-cepat."


suatu hari nanti, kita akan menua bersama..
menghabiskan waktu bersama-sama membesarkan anak kita
kamu yang biasanya pemalu akan berubah menjadi cerewet jika aku lupa memberi kabar ketika bepergian
kamu yang biasanya pendiam akan berubah menjadi pemarah saat aku sakit dan lupa minum obat
mungkin suatu hari di masa depan kamu akan sangat geram dengan gaya hidupku yang berantakan
tapi aku percaya kamu tidak akan meninggalkanku.


suatu hari nanti, kita akan melakukan banyak hal bersama..
mungkin kita akan memutar otak mengatur keuangan keluarga
sesekali kita akan dipusingkan dengan kenaikan harga barang
dan mungkin juga bayaran sekolah anak-anak kita
tapi tenang saja, aku pasti akan sangat berusaha agar semua itu tidak berlama-lama
jujur saja, aku pusing jika harus pulang ke rumah dan disambut keluhan.


namun suatu hari nanti, akan banyak kebahagian yang kita lalui bersama..
saat melihat anak-anak kita meraih impiannya
saat kita tertawa mengingat hidup kita
saat kita pada akhirnya sama-sama gendut, keriput, beruban dan tetap saling mencintai
hingga akhirnya disuatu pagi salah satu dari kita harus pergi menemui Tuhan lebih dulu
berjanjilah kita akan bertemu lagi di surga
karena aku hanya ingin bersamamu, selalu, selamanya.