Monday, July 23, 2012

dear #Tuhan


Seringkali aku berkisah pada Tuhan, tentang kisahmu. Kisah kita.

Aku senang berbicara dengan Tuhan. Kadang Ia langsung memberi jawaban, kadang ditunda sampai aku siap mendengar jawabnya. Aku senang bercerita kepada Tuhan. Baik lantang atapun diamdiam. Bahkan waktu itu, aku pernah berkomunikasi denganNya melalui twitter.

#Tuhan boleh tau, antrian doaku sudah sampai nomer berapa? Menunggu dalam ketidakpastian itu menyesakkan.

#Tuhan jangan sembunyikan tanganMu. Aku mau mengintip jodohku. Di tangan kanan atau kiri? Masih tersamar.

Aku dan #Tuhan punya satu kesamaan. Kami penyuka keindahan. Diantaranya, senyummu.

#Tuhan menciptakan jutaan kesempatan. Aku melalaikan kewajiban, kadang penuh kesadaran. Tapi Kau merangkulku, mengampunkan.

#Tuhan aku tahu, kau bukannya tidak tahu tentang segala bencana. Kau hanya menunggu kami berusaha. Sementara kami tidak peka.

#Tuhan bukankah Kau ciptakan setiap manusia lengkap dengan otak dan hati? Tapi mengapa banyak yg seakan tdk punya keduanya?

#Tuhan itu Maha Tau apa yang terlihat ataupun tidak. Bahkan, Ia tau apa yang hendak kau twit tentangNya.

#Tuhan menghadirkan perbedaan di monokromatik hidupmu. Mengapa kau salah artikan; perbedaan sama dengan perpecahan?

#Tuhan apa benar Kau punya kembaran? Bukankah hanya ada satu KAU, yang memiliki banyak nama panggilan?

#Tuhan mumpung timeline sepi, mau aku kasih tau sesuatu? Ehm, sebenernya aku~ ah, tuh kan Kau licik, sudah tau lebih dulu.

#Tuhan, apa aku terlalu banyak meminta? Baiklah, ini yg terakhir: tolong kabulkan semua doa. Itu saja, cukup.

Samarsamar, aku mendengar Sang Perantara Doa berbisik: “#Tuhan, mesin penerima pesan sudah kepenuhan. Tanya ke manusiamu, bisakah mengirit dalam berdoa? 140 karakter saja.”

No comments:

Post a Comment