Tuesday, October 16, 2012

LOOPER : Gripping Time Travel Tale About Hitman


 
 
Quotes:
Older Joe: I'm going to stop this guy. 
Joe: None of this concerns me... 
Older Joe: It is going to happen to you! 
Joe: It's going to happen to YOU, it's not going to happen to ME! 

Nice-to-know:
Adegan dimana Joe muda terjatuh menghindari ledakan bertepatan dengan hari ulang tahun ke-30 Joseph Gordon-Levitt. Ia lantas dibiarkan menggantung dengan kabel karena kru menyanyikan “Happy Birthday" sambil menyodorkan kue ulang tahun. 

Cast:
Joseph Gordon-Levitt sebagai Joe
Bruce Willis sebagai Old Joe
Emily Blunt sebagai Sara
Paul Dano sebagai Seth
Noah Segan sebagai Kid Blue
Piper Perabo sebagai Suzie
Jeff Daniels sebagai Abe 

Director:
Merupakan feature film ketiga bagi Rian Johnson setelah Brick (2005) dan The Brothers Bloom (2008).

W For Words:
Science fiction dengan premis time travel memang tidak banyak. Oleh karena itu beberapa diantaranya tercatat sebagai cult movies sebut saja Terminator, Planet of the Apes, Star Trek dsb yang telah melahirkan berbagai seri. Namun untuk yang satu ini, referensi terdekat mungkin ada pada 12 Monkeys (1995). Selain sama-sama dibintangi Bruce Willis, duet Joseph Gordon-Levitt dan Emily Blunt yang telah memasuki jajaran bintang papan atas Hollywood mengingatkan anda pada Brad Pitt dan Madeleine Stowe di situasi yang kurang lebih sama pada masanya dahulu. 

2044, Joe adalah penembak jitu yang mengarungi perjalanan waktu untuk menghabisi target-targetnya dari masa depan. Ia dan looper-looper lainnya menikmati kehidupan mewah hasil bayaran tinggi yang didapat. Pada satu kesempatan, Joe tanpa sengaja membebaskan buruannya karena menyadari bahwa orang itu adalah dirinya sendiri dalam versi 30 tahun lebih tua. Keduanya lantas terlibat dalam permainan hidup dan mati sambil melibatkan nyawa seorang anak yang diyakini akan menjelma menjadi The Rainmaker di masa mendatang.

 
 
Upaya Gordon-Levitt untuk menyamakan penampilannya dengan Willis patut diacungi jempol (terima kasih pada hasil make-up Kazuhiro Tsuji). Aktingnya sebagai Joe muda kian matang dan dominan di setiap kemunculannya. Willis yang mulai menua terbukti masih tangguh dan cekatan sebagai Joe tua meski dengan gaya yang tak jauh berbeda. Sama halnya dengan Daniels sebagai antagonis Abe yang berdarah dingin. Blunt amatlah likeable sebagai ibu protektif yang keras kepala. Kredit tersendiri pantas dilayangkan bagi si cilik Gagnon yang mampu memberikan kesan polos dan misterius secara bersamaan. 

Satu-satunya komplain saya terhadap skrip yang brilian ini adalah paruh pertamanya yang terlalu naratif menjelaskan paradoks alam semesta, mitos dan kondisi yang dihadapi Joe. Beruntung di paruh kedua, tempo lebih efektif dalam bertutur sambil mempersempit karakter yang ada menuju klimaks yang ditunggu-tunggu itu. Kerumitan buah pikiran nan orisinil milik Johnson tersebut mampu diterjemahkan lewat cara yang paling sederhana sekalipun tanpa harus merendahkan intelejensi penonton.

 
 
Johnson yang juga bertindak sebagai sutradara sukses mengetengahkan konsep masa lalu, masa kini dan masa depan yang saling berkaitan. Bagaimana labirin pikirannya dituangkan ke dalam setiap potongan puzzle yang fasih bertutur membentuk sebuah pola tidak biasa. Pembagian ragam karakternya yang variatif terbilang seimbang. Elemen-elemen futuristik semisal sepeda terbang, telekinesis sampai senjata masa depan turut membangkitkan imajinasi. Penggunaan spesial efek juga tergolong maksimal, tidak melulu bombastis tapi tetap disesuaikan dengan kebutuhan cerita.

Eksekusi Johnson yang rapi diikuti dengan koneksi past and future yang sinergis dari Gordon-Levitt dan Willis menjadikan Looper sebuah time travel sci-fi movie terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Perjalanan waktu yang akan membawa anda berputar-putar melihat masa depan secara antusias sambil melontarkan segudang pertanyaan yang turut terjawab pada akhirnya. Jangan lupakan endingnya yang emosional dan mind-blowing itu yang menegaskan hukum sebab akibat yang dapat mengubah segalanya. Beware that you might need second viewing to understand the concepts better!

Durasi:
118 menit

U.S. Movie Box Office:
$20,801,552 till September 2012

Overall:
8 out of 10

Tuesday, October 9, 2012

PERAHU KERTAS PART 2 : Berlabuh Tambatkan Hati dan Perasaan



 
 
Quotes: 
Remi
: Cari orang yang bisa kasih kamu segala-galanya tanpa kamu harus minta.

Nice-to-know:
Film yang diproduksi kolaborasi oleh Starvision, Bentang Pictures dan Dapur Film ini gala premierenya diselenggarakan di Epicentrum XXI pada tanggal 1 Oktober 2012.

Cast: 
Maudy Ayunda sebagai Kugy
Adipati Dolken sebagai Keenan
Reza Rahadian sebagai Remi
Elyzia Mulachela sebagai Luhde
Sylvia Fully R sebagai Noni
Fauzan Smith sebagai Eko
Ira Wibowo sebagai Lena
Tio Pakusadewo sebagai Wayan
August Melasz sebagai Adri

Director: 
Hanung Bramantyo
mengawali karir penyutradaraannya lewat dua film di tahun 2004 yaitu Brownies dan Catatan Akhir Sekolah.

W For Words: 
Jika Perahu Kertas Part 1 sudah berlayar menghanyutkan mimpi dan cinta dengan hasil lebih dari lima ratus ribu penonton selama periode penayangan libur Lebaran 2012 yang lalu maka kelanjutannya tentu layak ditunggu. Akankah Kugy dan Keenan dapat bersatu pada akhirnya? Itulah yang menjadi pertanyaan anda semua. Presentasi yang menyisakan seperempat novelnya akan berusaha dijawab oleh sang sutradara, Hanung Bramantyo dan empunya cerita, Dewi Lestari dalam film berdurasi lebih kurang 105 menit ini. Penasaran?

Ketika Keenan mengembalikan buku Jenderal Pilik kepada Kugy, timbul ide mereka untuk menerbitkan cerita anak yang selama ini diidam-idamkan. Kesibukan itu mengganggu pekerjaan Kugy di AdVocaDo sehingga banyak karyawan menyorot hubungannya dengan Remi. Liburan ke Bali yang dimanfaatkan untuk refreshing malah mempertemukan Kugy dengan Luhde di pura.Saat itulah semua rahasia terbongkar. Keenan berupaya menetapkan hatinya, demikian pula dengan Remi berusaha membuktikan keseriusan cintanya. Mungkinkah empat hati tersebut menemukan pasangan sejatinya?
 
 
 
 
Karakteristik yang sudah terbangun di bagian pertamanya membuat Hanung lebih leluasa untuk mengeksplorasi ruang perasaan empat tokoh utama disini. Memori masa lampau yang terus membekas di hati tak ayal menimbulkan keraguan untuk melangkah ke depan. Lihat bagaimana sulitnya Keenan meyakinkan Luhde bahwa ia tak perlu menjadi orang lain untuk dicintainya, atau susahnya Remi memastikan Kugy bahwa dirinya adalah orang yang tepat untuk dipilihnya. Tarik ulur konflik tersebut bergulir secara bergantian untuk memberikan sudut pandang terbaik dalam takaran seimbang.

Dialog merupakan kekuatan utama di bagian keduanya ini. Lontaran isi hati acapkali menusuk kalbu karena kejujuran yang mengiringi. Sayangnya momen-momen yang sudah dikondisikan untuk itu terkadang dirusak oleh perpindahan fokus yang kurang berarti. Tak jarang penonton malah tertawa saat seharusnya dituntut meresapi maknanya dalam-dalam. Tata musik dari Andhika Triyadi masih memberikan nuansa menggetarkan yang sama, berpadu cantik dengan tata kamera dari Faozan Rizal dan penyuntingan mulus dari Cesa David Luckmansyah.
 
 
 
 
Maudy, Adipati, Reza, Elyzia berhasil melalui transisi remaja di bagian pertama untuk melebur ke dalam fase dewasa muda disini. Kedewasaan Kugy, Keenan, Remi dan Luhde kian terasa tatkala dihadapkan pada problema cinta. Mereka tidak memilih untuk galau atau menangis tetapi bersikap tegar dan terus melangkah dengan pilihannya masing-masing. Intervensi kisah dari tokoh Wayan, Lena dan Adri di penghujung justru semakin memperkaya pemahaman bahwa setiap keputusan harus didasari pada konsekuensi dan tanggungjawab kelak. 

Perahu Kertas Part
2 ini memang lebih sederhana dibandingkan Part 1 nya. Fokus yang lebih sempit membuat ruang gerak menjadi lebih terkendali. Hanya saja tarik ulur yang terlalu detail mengenai arah hubungan Kugy dan Keenan bagi sebagian penonton bisa jadi bertele-tele dan membosankan. Penutupnya pun berlangsung sekejap tanpa kesan mendalam, layaknya kita menjentikkan jari tangan. Sebuah umpama tafsir perasaan yang mengikuti kata hati dan tidak, semua kembali lagi pada pribadi yang menjalaninya. Pelabuhan terakhir jelas tujuan agen Neptunus yang satu ini, dengan atau tanpa radar.

Durasi: 
1
05 menit

Overall: 
7.5 out of 10

TED : As Crazy As Its Charms


 
 
Quotes: 
Ted: [dressed in a suit and tie] I look stupid.
John: No, you don't, you look dapper.
Ted: John, I look like something you give to your kid when you tell 'em Grandma died.

Nice-to-know: 
Tak banyak yang tahu jika Mark Wahlberg dan Seth MacFarlane lolos dari tragedi 9/11 karena tidak naik pesawat yang menabrak World Trade Center pada waktu itu.
Wahlberg sudah memesan tiket penerbangan American Airlines Flight 11 tapi memutuskan berkendara ke New York terlebih dahulu sebelum terbang ke California berikutnya. McFarlane sudah dijadwalkan di pesawat yang sama tetapi tertinggal 10 menit dan sempat melihat tabrakan tersebut ketika duduk di bandara.

Cast: 

Mark Wahlberg
sebagai John Bennett
Mila Kunis
sebagai Lori Collins
Seth MacFarlane
sebagai Ted
Joel McHale
sebagai Rex
Giovanni Ribisi
sebagai Donny
Patrick Warburton
sebagai Guy

Director: 

Merupakan
feature film debut bagi Seth MacFarlane yang lebih dikenal sebagai aktor dan penulis ini.

W For Words:
Setiap anak di belahan dunia manapun pasti pernah memiliki mainan kesayangan masa kecil. Berapa dari anda yang akan unjuk tangan jika saya sebutkan boneka teddy bear sebagai salah satu contohnya? Nyaris semua! Berapa dari anda yang, katakan saja, beruntung mendapati boneka teddy bear anda hidup? Tidak ada! Setidaknya imajinasi tersebut mampu divisualisasikan secara unik lewat kolaborasi Universal Pictures, Media Rights Capital, Fuzzy Door Productions, Bluegrass Films dan Smart Entertainment yang diperuntukkan bagi kalangan dewasa saja ini.

John Bennett kecil tidak pernah memiliki teman sampai orangtuanya membelikan boneka teddy bear pada hari Natal. Satu permintaan saat bintang jatuh terkabul, Ted hidup dan menjadi sahabat terbaik John.. sampai berusia 35 tahun! Empat tahun sudah, John menjalin hubungan kasih dengan Lori Collins yang secara status sosial dan pendapatan jauh di atasnya. Hal itu tidak mengurangi kemesraan mereka dimana John sendiri mulai berpikir untuk menikah. Masalahnya Lori tidak terlalu menyukai Ted yang dianggapnya sebagai penghambat. Bagaimana kelanjutan polemik dilematis ini?
 
 
 
 
Rasanya tinggal menunggu waktu bagi seorang berbakat seperti Seth MacFarlane untuk dapat mengeluarkan segenap potensi yang dimilikinya. Kesempatan itu tiba melalui film ini dimana ia bertindak sebagai produser, sutradara, penulis dan pengisi suara! Premis yang semula terdengar bodoh, absurd dan mustahil itu mampu dikejawantahkan secara brilian menjadi komedi slapstick bernuansa satir yang mampu mengundang tawa dan simpati dari penonton pada saat bersamaan. Semua karakter dalam film ini memiliki fungsi masing-masing untuk menjembatani setiap konflik yang ada.

Mark Wahlberg sukses menghidupkan tokoh pria dewasa John Bennett yang pecundang tetapi tetap pribadi yang menyenangkan, kawan dan kekasih yang setia. Mila Kunis memberikan persona tepat bagi wanita karir Lori Collins yang memiliki perencanaan dan masa depan yang cemerlang. Keduanya berbagi  chemistry yang believable, tidak luar biasa tapi cukup menerjemahkan problema apa yang kira-kira ada di antara mereka. Pihak antagonis berhasil dibawakan Giovanni Ribisi dan Max Harris sebagai ayah dan anak yang terganggu mentalitasnya. Selain itu Joel McHale juga memberikan kontribusi menarik lewat sosok atasan yang congkak dan kelewat percaya diri.
 
 
 
 
Polah tingkah Ted di sepanjang film memang efektif mengocok tawa. Anda tetap akan jatuh cinta padanya walau segila apapun kelakuannya. Adegan paling membekas dalam benak anda bisa jadi ketika Ted menunjukkan kemesumannya lewat bahasa tubuh nan eksplisit. Hilarious! Kinerja animasi dari Tippett Studio dan Iloura secara luar biasa mampu mewujudkan gerak bibir, mata, tubuh yang amat nyata layaknya manusia dalam ukuran mini. Alih suara dari MacFarlane turut memberikan “nyawa” tersendiri, terlepas dari betapa familiarnya formula sidekick yang digunakan sang creator dalam membangun sisi komedik yang diinginkan.
Berbagai referensi yang digunakan film ini memang lawas. Teddy Ruxpin adalah boneka beruang yang bisa berbicara dan menjadi mainan terlaris medio 1985-1986. Hm, Ted mungkin tidak “semanis” Teddy karena lebih suka mengisap ganja dan bermain perempuan. Masih ada sains fiksi petualangan klasik, Flash Gordon (1980) yang menampilkan Sam J. Jones sebagai dirinya sendiri. Sosok yang menjadi role model bagi John Bennett yang mendambakan kekuatan serupa untuk setidaknya mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik. Manusiawi bukan?
 

 
 
Kelebihan utama Ted tidak hanya menjual kelucuan tapi juga definisi nyata tentang cinta dan persahabatan sejati yang begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari. SIapa yang tidak pernah ada di posisi John Bennett? Untuk itulah film yang menggunakan narasi linier layaknya komik bergambar itu memang lebih disegmentasikan untuk penonton pria dewasa. Satu pertanyaan antah berantah yang tak terjawab adalah jika Ted begitu terkenal, mengapa ia masih harus bekerja dan John masih kesulitan uang? In the end, not every moviegoers will fully appreciate this movie but surely everyone of them will love Ted, cute heart-warming bear who always know how to have fun and friends.

Durasi: 
106
menit

U.S. Box Office:
$217,838,900 till Sep 2012

Overall:out of 10

Monday, October 1, 2012

PREMIUM RUSH : Action Ride With No Brake


 
 
Quotes: 
Wilee: I like to ride. Fixed gear. No brakes. Can't stop. Don't want to, either.

Nice-to-know: 
Joseph Gordon-Levitt sempat menabrak taksi dan membanting tubuhnya ke kaca jendela hingga pecah. Hasilnya adalah 31 jahitan di lengannya yang digunakan untuk melindungi wajahnya. Kecelakaan yang tak diinginkan ini ditampilkan di credit title sebelum daftar cast bergulir.


Cast: 

Joseph Gordon-Levitt
sebagai Wilee
Jamie Chung sebagai Nima
Dania Ramirez
sebagai Vanessa
Sean Kennedy
sebagai Marco
Michael Shannon sebagai Bobby Monday
Aasif Mandvi sebagai Raj
Wolé Parks sebagai Manny
Christopher Place
sebagai Bike Cop 

Director: 

Merupakan
feature film kelima bagi David Koepp setelah Ghost Town (2008).

W For Words: 
Joseph Gordon-Levitt telah menempuh perjalanan panjang untuk menjadi aktor pilihan produser masa kini sejak kemunculan sosok ciliknya dalam Family Ties (1988) atau Dark Shadows (1991). Kini ia berlakon sebagai kurir bersepeda yang berani mengambil resiko, Wilee. Premis yang sesungguhnya tak asing lagi bagi penonton generasi lawas dimana Kevin Bacon pernah melakukannya dalam Quicksilver (1986). Namun bagi penonton generasi baru tentu ini adalah sesuatu yang fresh dan belum pernah mereka lihat sebelumnya.
I believe both generations will give it a try!

Demi tambahan uang, Wilee meminta tugas terakhirnya hari itu pada Raj. Tidak sulit karena dengan sepeda frame baja bergigi besi tanpa rem, jarak dari lokasi A ke B menjadi singkat walaupun lalu lintas ramai Manhattan tak dapat dihindari. Di luar dugaan kurir pesaing, Manny yang tengah mendekati kekasihnya, Vanessa mengambil paket misterius darinya. Wilee tidak tinggal diam dan mengejar Manny di sepanjang kota hingga menarik perhatian polisi dan juga pria asing berjas, Bobby Monday yang tampak menyimpan maksud jahat tersembunyi.
 
 

 
Sutradara Koepp tampak memahami betul jalanan NYC mulai dari jalan utama hingga pelosok lengkap dengan track pejalan kaki dan pesepeda sekaligus yang tak jarang geografisnya turun naik. Itulah sebabnya unsur action dinamis dan thriller inovatif disini mampu terus memacu adrenalin penonton. Sinematografi “panjang kali lebar” milik Mitchell Amundsen termasuk peta berbasis GPS dari layar ponsel secara tak langsung memandu sudut pandang penonton yang seakan dibawa serta menelusuri satu persatu titik lokasi yang dituju. 

Skrip milik Koepp-Kamps ini mencoba menipu garis waktu dengan narasi maju mundur demi sebuah perspektif non linier yang utuh. Suatu hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan apabila plot intinya sudah cukup kuat untuk bercerita secara runut. Lontaran dialog “praktis” dan konflik “sederhana” di antara para tokohnya berusaha dihajar dengan tempo cepat sehingga penonton akan memaklumi bahwa sesungguhnya tidak ada pihak antagonis yang patut ditakuti atau karakter pendukung fungsional yang pantas diingat. If it’s not, it would be boring presentation.
 
 
 
 
Gordon-Levitt merupakan pilihan tepat bagi karakter Wilee dengan athleticism tinggi. Visinya dalam bersepeda jelas menentukan nasibnya, apakah tertangkap, tertabrak, gagal menjalankan tugas dsb. Lihat visualisasi probabilitas resiko yang selalu dikalkulasinya setiap mengambil sebuah keputusan. Sangat menarik! Ramirez dan Parks memang sejak awal ditampilkan secara cool untuk menjadi penyeimbang Wilee. Upaya Shannon untuk benar-benar terlihat menyebalkan lumayan berhasil. Sama halnya dengan penokohan Chung yang berbeda dari biasanya. 

Premium Rush adalah sebuah tontonan yang dikemas dalam packaging yang dua kali lebih bagus dari isi yang sebenarnya. Acungan jempol bagi Koepp yang bekerjasama dengan orang (Gordon-Levitt) yang tepat! Berbagai adegan kejar-kejaran panjang dijamin membuat anda menahan nafas sambil mengagumi kebesaran nyali para kurir berani mati tersebut. Tak lupa selipan beberapa violence baik yang dimaksudkan secara sadar atau tidak mungkin membuat anda meringis sambil membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Pengalaman menyaksikan bikers beraksi tak akan lebih menyenangkan dari ini. Lakukanlah tanpa rem yang pakem alias nalar yang kritis. Just enjoy the ride!

Durasi: 
91
menit

U.S. Movie Box Office:
$19,665,102 till September 2012

Overall: 
7.5
out of 10